Kalian masuk dalam tim sunrise atau sunset?
Kalau gue? Hmm, apa yah? Kalau harus memilih mungkin gue akan lebih milih
matahari terbenam. Kenapa? Menurut gue effortless
than hunting sunrise. Gue nggak perlu bangun pagi-pagi buta, lihat sunset bisa sekalian pas lagi jalan
kemana gitu, pencahayaan lebih bagus untuk dapetin foto-foto ciamik, dan satu
lagi bisa sambil duduk-duduk makan keripik mungkin haha.
Seindah ini yang gue tunggu-tunggu
Bagaimana
dengan sunrise?
Liburan gue kali ini dengan sangat spontan setuju
untuk melihat matahari terbit. Awalnya,
bapak supir yang membantu kami selama liburan tiba-tiba bilang:
‘Mbak,
kalau Bukit Panguk enaknya dinikmati waktu sunrise. Kalau siang ya gitu panas
doang’
Gue langsung liat-liatan sama temen gue,
kemudian setuju, dan akhirnya mengubah waktu kunjungan kami ke Bukit Panguk
menjadi dini hari.
Sesuai dengan kesepakatan bersama, gue
dijemput di hotel pukul 04.00 WIB karena perlu sekitar 1 jam perjalanan ke
tujuan tersebut. Gue kan nggak bisa mandi subuh-subuh nih, well gue mandi sebelum tidur supaya besok tinggal ganti baju dan
berangkat. Gue tetap harum loh dengan bantuan parfum haha. Dengan nyawa yang
masih melayang-layang, gue melanjutkan tidur diperjalanan. Lagian nggak bisa
menikmati pemandangan juga, masih gelap gaes. #alasanbangetnih, anaknya memang suka tidur
aja haha.
Setelah setengah perjalanan, gue terbangun
dan melihat jalanan yang kita lalui ternyata cukup kecil. Kalau ada mobil dari
arah yang berlawanan, salah satunya harus mau mengalah dan memberikan jalan. Pukul
05.00 kami tiba di Bukit Panguk yang masih gelap remang-remang. Hanya dengan
biaya 5 ribu saja kami sudah bisa masuk ke kawasan tersebut. Setibanya, gue nyeletuk
‘kepagian nih!’ Tanpa ada tanggapan apapun, mobil masuk menyusuri kawasan tersebut,
ternyata kami nggak kepagian. Nyatanya sudah banyak kendaraan lain yang
tersusun dengan rombongan penanti matahari terbit.
Ini dia rombongan mobil yang terjepret
‘Eh
ternyata udah rame’ Celetukan kedua menghilangkan
rasa malu, dan masih tanpa tanggapan. Yasudahlah, malu juga kalau pada nanggepin.
Lo pernah gitu juga nggak sih?
Setelah berkejaran dengan waktu kini giliran gue menanti matahari nongol dengan perkiraan 1 jam lagi. Gue baru keluar mobil sekitar pukul 05.30
kemudian mencari posisi yang sekiranya paling nyaman. Lagi-lagi gue kalah start posisi terenak sudah ditempati
orang lain. Bahkan gue agak bingung harus berdiri disebelah mana. Dengan tinggi
badan yang agak minim ini, rasanya akan sulit melihat matahari nongol, ketutup
kepala orang.
Waktu mau motret eh orang ini lewat aje terus diem terus ke foto deh
Sambil menyusuri, melihat jam tangan dan
memastikan perubahan warna langit, gue naik ke posisi yang agak tinggi dan agak
kosong juga. Dengan sangat yakin gue bilang ‘the
best spot! Bagian bawah aja terlihat apalagi bagian atas’ Tersenyum lebar
tiada henti.
Camera
standby
Gue
standby
Matahari? Belum juga nongol.
Langitnya sebagus ini walau mataharinya belum nongol
Terus berubah warna lagi jadi kayak gini
Dan kayak gini, indah!
Karena nggak mau merasa sia-sia sudah
bangun subuh, gue jeprat-jepret sana-sini. ‘Lagian
langitnya Indah kok’ berkata-kata dalam usaha menghibur diri. Waktu terus
berjalan dan jarum jam sudah menunjukkan pukul 6.20 WIB, harapan melihat
matahari terbit mulai sirna. Ditambah lagi temen gue bilang ‘apa udahan aja? Makan aja gitu? Laper!’
Maunya sih udahan aja, tapi kok sayang
banget ya. Akhirnya gue bilang ‘1/2 7 matahari belum terbit juga, kita makan!’ Dengan
tambahan kesabaran 10 menit, harapan gue nggak jadi harapan lagi karena matahari
mulai nongol memberi sinarnya. Rasanya? Bahagia sampai gue senyum-senyum
sendiri. Ya walaupun nggak sesempurna dalam bayangan gue, tapi semua yang gue
lakuin terbayar sudah. Matahari dengan sinarnya yang menghangatkan, terangnya
yang menyilaukan bikin gue bersyukur bahwa ‘Usaha
nggak akan membohongi hasil. Selagi gue percaya dan masih ada Tuhan.’
Wajah tertunduk, menanti penuh harapan
Ketika yang dinanti mulai terlihat di ujung mata
Melihat matahari terbit, mengartikan selalu ada pengharapan baru
Loh kok jadi serius? Hahaha ya gitu deh,
anaknya langsung baperan :p. Ya, persis kayak kamu! Seseru itu menanti kamu,
eh tapi kok yah nggak nongol-nongol. Namun, dengan sedikit kesabaran aja, kamu
datang nyamperin. Bahagia sampai guling-guling.
Salah satu spot foto yang sengaja dibuat pengelola. Bayar 5ribu kalau mau foto di situ
Pengejaran dan penantian matahari terbitpun
selesai dan diakhiri semangkuk indomie seharga 4rb aja. Ah life is good.
Kalau kamu gimana? Males menanti atau mengejar dia
eh sunsrise, nggak?
Jangan lupa bahagia, kawans!
Cheers