Kalau
ditanya cinta itu apa ? Cinta itu tidak pernah beralasan, cinta itu ya cinta.
Bicara soal cinta memang tidak pernah ada
kata habis. Ia tidak pernah berhenti merakit ceritanya sendiri bagi para
penikmat cinta. Pasangan suami istri, Alam (Chicco Jerickho) dan Mia (Lala
Karmela) merangkai kisah mereka dengan cara yang berbeda, merebut restu dari
Abah (Tyo Pakusadewo) dan Ambu (Sarah Sechan) dengan cara yang tidak biasa.
“Kamu
mending nyetir yang bener deh!. Aku bisa ngelahirin di mobil kalau begini
caranya.” (Mia)
Dalam perjalanan ke rumah sakit, Mia
istrinya sudah mengalami kontraksi mengomel kepada Alam yang multitasking, tangan kanan memegang
setir dan tangan kiri melakukan tweetwar.
Nyaris menabrak mobil didepannya karena sibuk sendiri dan nggak fokus. Please don’t do that babe. It’s dangerous.
Dalam membuat karya, Angga Dwimas Sasongko
hampir selalu mengangkat tema yang sedang happening
di masyarakat. Kali ini film dengan genre
drama komedi memasukkan unsur politik, media sosial, drama cinta dan keluarga. Menggunakan
dialog dengan bahasa sehari-hari menjadikan setiap adegannya terasa dekat.
Pekerjaan Alam sebagai celebtweet, pemilik
penerbitan indie dan blogger idealis yang agak sulit di mengerti oleh sebagian
orang, termasuk mertuanya sendiri memaksa Alam memberikan usaha ekstra dalam
merebut restu. Perjuangan memberikan yang terbaik untuk istri dan kelahiran
anak pertamanya menjadi pembuktian cinta Alamia. Apa saja hal menarik dari film
ini ?
- Artis Social Media, salah ?
Selaras bukaan yang dialami oleh Mia, ada
saja kejadian yang dialami oleh Alam. Mulai dari bukaan pertama sampai delapan.
Salah satuanya, kepindahan kamar dari kelas 2 ke kamar yang jauh lebih luas
namun bukan VIP dan juga masih bau cat ini bisa terjadi karena keartisan Alam
di media sosial. Bermodal followers
48K, membujuk marketing rumah sakit dimana 1 kicauan dengan respon re-tweet dihargai 300-400K. Hal ini jadi
salah satu keuntungan jadi celebtweet.
- Mertua unik tiada duanya
“Ini
teh rumah sakit atau apa ? Kok nggak ada yang menyambut kieu.”
Kicauan Ambu, ibu dari Miayang-nya Alam
saat tiba di rumah sakit. Entah teori dari mana, kalau datang ke rumah sakit
harus disambut. Oh, Ambu you’re so funny
and gemesin. Ambu, si ibu mertua yang mungkin mewakili salah satu dari
seribu jenis mertua yang ada. Cerewet, heboh, terburu-buru, sedikit mengesalkan
tapi sesungguhnya ingin yang terbaik untuk anaknya, tapi lupa kalau anaknya
tersebut sudah menjadi tanggung jawab suami.
“Kepada para mertua, please….sedikit kalem yah kalau anaknya sudah menikah”
- Belajar tanggung jawab itu….
“Bu
hati-hati dong kalau pake motor!” teriak Alam ketika seorang ibu naik motor
dan hamil pula melintas tanpa melihat-lihat sekitar. Alam sempat mengatakan
tentang tanggung jawab. Tanggung jawab itu dimulai dari diri sendiri barulah
mengambil alih untuk orang lain.
- Komunikasi dan kejujuran itu hal utama
Berantakan, slengean, terkesan arogan, rusuh, idealis, sangat mencintai Miayang
dan berjuang memberi yang terbaik adalah karakter yang di miliki oleh Alam. Kekurangan
uang membuat dia kalang kabut dan berjuang sendiri dengan jalan pintas,
menghubungi lintah darat. Namanya juga lintah. Ia mengisap darah. Meminta
jaminan dari Alam yang akhirnya membongkar rahasia ini kepada Mia yang sedang
kesakitan menahan bukaan. Mia geram, Alam mencari alasan. Mereka bertengkar.
Coba ngobrol dari awal, mungkin…………………..
- Si Pencuri perhatian
Selalu ada peran yang mencuri perhatian. Chicco
Jerikho sebagai Alam, yang mendalami karakternya terasa natural. He’s so Alam. Seperti memang dalam sehari-harinya
punya tingkah laku demikian. Every angle,
he’s damn so good. Dayu Wijanto sebagai ibunya Alam, tidak banyak bicara.
Dengan sorot matanya menunjukkan sisi kuat dan lembutnya seorang wanita. Sarah Sechan
sebagia Ambu. Karakter yang memberi angin segar. Ekspresi wajah, kecepatan
berbicara, kerlingan mata saat berbicara dan celetukan bahasa sunda yang
dikeluarkan memang selalu menggelitik. Ambu juara!! Hanya saja, kurangnya subtilte Indonesia ketika ada dialog bahasa
sunda akan membuat kebingungan bagi yang tidak mengerti dan kehilangan sedikit moment tertawa. Tyo Pakusadewo sebagai
Abah. Aktor serba bisa yang selalu mencuri perhatian di setiap perannya.
- Adegan Terfavorit
Kalau berbicara adegan favorit pasti ada. Tapi
yang terfavorit adalah di saat Alam menggantikan operator bangunan yang harus
memindahkan besi dengan si alat besar.
“Jenis
kelaminnya laki-laki atau perempuan?” tanya mandor bangunan.
Alam
hanya menggeleng
“Oh
biar jadi kejutan ya? Mau laki-laki atau perempuan pasti bangga bapaknya ada
untuk dia (sambil menunjuk kedada alam)”
Percakapan yang menyentuh hati Alam. Tidak
menjual idealis demi uang, bekerja ekstra sebagai tanggung jawab, merendahkan
hati untuk mengakui kesalahan.
- Stay Focus and you will know what to do
Saat Alam mengoperasikan alat berat
tersebut, stay focus is a key. Fokus
kepada alasan mengapa dia melakukannya, yaitu istri dan anaknya. Sambil memandang
ke arah rumah sakit. Adegan menyentuh tanpa perkataan apapun. The coolest one.
- Strengths and Weaknesses
Cinta dan perjuangan menjadi kekuatan dari
setiap adegan dan dialog yang ada di film ini. Mengangkat isu yang sedang trend menjadi kekuatan sekaligus
kelemahan. Mengapa ? Isu politik yang dibahas di awal film menjadi keasyikan tersendiri
bagi orang yang up to date dengan
politik tetapi menjadi kebingungan bagi orang yang tidak terlalu mengikutinya.
Satu
lagi karya anak bangsa yang wajib di tonton. Sebuah film yang dekat dengan
masyarakat, memberi kebahagian dan menghibur. So guys, lets watch the movie.